Menganalisis Tokoh, Watak, Penokohan berserta bukti pada cerpen
sedikit penjelasan....
Tokoh adalah orang yang terdapat dalam cerpen
contoh : Marwa, Rio, Fadhilah, Nenden
Watak adalah sifat atau karakter tokoh tersebut
contoh :
Marwa = Ceria atau periang
Rio = Sabar
Fadhilah = Pintar
Nenden = Perhatian
Penokohan adalah cara penggambaran watak tokoh.
seperti :
- Digambarkan oleh pengarang
- Digambarkan oleh tokoh lain
- Digambarkan melalui dialog antar tokoh
- Digambarkan melalui tata kebahasaan tokoh
- Digambarkan melalui tingkah laku tokoh
- Dll.
CONTOH :
Hari ini, seperti biasa aku pergi ke kantin bersama Maya. Dia adalah teman terbaikku. Namun, saat kami pergi ke kantin.
" Byuurr....."
Seember berisi air tepat mengguyur aku dan Maya. Seketika badan kami menjadi basah. Semua orang yang kebetulan lewat, tak henti-hentinya memandang kami. Dan saat itu juga, aku melihat Rio dan Gabriel berlari menjauh dari TKP sambil tertawa bahagia.
"Rio...Gabriel..." teriakku. Karena aku yakin, mereka berdualah pelakunya. Mereka berdua menoleh dan tersenyum menang ke arahku. Ingin sekali aku mencelupkan mereka ke dalam air mendidih.
Saat aku ingin mengejar mereka, Maya menahanku.
"Jangan Den, biarin aja. Nanti mereka malah seneng kalo kamu kemakan umpan mereka." kata Maya.
"Tapi May, kesabaran aku udah abis tau gak? udah berapa kali mereka ngerjain kita kaya gini?" kataku emosi.
"Mendingan kita ganti baju dulu, ntar masuk angin loh... yuk..." ajak Maya, aku menurut saja.
Jam istirahatpun habis, waktunya masuk ke kelas.
Keesokan harinya, aku belum melihat sosok Maya dikelas. Biasanya dia datang sebelum aku.
"Maya, kemana ya?" tanyaku dalam hati.
Bel masukpun berbunyi, tapi Maya belum juga datang.
"Apa Maya sakit ya?" Pikirku.
Tak lama kemudian, bu Euis seorang guru bahasa Indonesia masuk ke kelas. Beliau mulai mengabsen satu persatu murid di kelasku.
"Alyssa Maya Zahratianra." nama Maya disebut.
Tapi aku tak tahu ingin berkata apa...
"Mmm... Maya ga masuk bu." kataku.
"Kenapa? sakit?" tanya bu Euis.
"Saya kurang tau bu, Maya sama sekali tidak menitipkan surat sama saya."
"Ya sudah, mungkin suratnya menyusul."
Pelajaranpun dimulai. Tapi rasanya berbeda kalu tidak ada Maya yang duduk sebangku denganku.
Satu minggu berlalu. Aku belum tau apa alasan Maya tidak masuk sekolah selama ini. Dan satu minggu juga, aku tidak diganggu oleh Rio dan Gabriel, entahlah mungkin mereka sudah capek menggangguku.
Hingga suatu saat, aku tidak sengaja mendengar omongan guru-guru dikantor kalau Maya sakit kanker otak stadium akhir. Hatiku sakit sekali ketika tahu kalau Maya sakit separah itu. Tiba-tiba seseorang memegang pundakku, aku segera menoleh.
"Gabriel, Rio?" ucapku kaget.
"Gue udah tau tentang Maya sakit........" ucapan Gabriel terpotong.
"Gue juga udah tau Yel." kataku sambil menngis.
"Nanti pulang sekolah, lo mau ikut gue sama Iyel ga kerumah Maya? dia udah pulang dari Singapore 3 hari yang lalu." jelas Rio, aku mengangguk.
Sepulang sekolah aku, Rio, dan Gabriel menuju rumah Maya. Sesampainya disana, kami depersilahkan masuk oleh ibunya Maya. Ibunya bilang, kalau Maya sudah mengidap penyakit tersebut sejak 5 tahun yang lalu, dan sekarang penyakit Maya sudah sulit untuk disembuhkan, semua pihak telah menyerah. Itu artinya hidup Maya sudah tidak lama lagi.
Aku melihat Maya terbaring lemah tak berdaya diatas ranjangnya. Mukanya pucat dan aku benar-benar tidak tega melihat kondisi Maya seperti ini.
"Ma...Maya" ucapku dengan suara sedikit bergetar.
Maya tersenyum tipis kearahku. Aku mendekati Maya yang masih terbaring diatas ranjangnya, begitu juga Rio dan Gabriel.
"May... gue minta maaf atas semua kesalahan gue ke lo." ucap Rio. Maya mengangguk lemas.
"Gue juga minta maaf May, sebenarnya gue gak bermaksud ngerjain lo sehari-hari. Tapi.........." Gabriel menggantung kalimatnya.
"Tapi apa?" tanya Maya.
"Gu.....gue su......." omongan Gabriel terhenti saat Maya memegang tangannya.
"Yel, aku dah maafin kamu sama Rio kok." Rio dan Gabriel tersenyum begitu juga aku.
"Den, kalo gue udah ga ada, kamu jangan berantem sama mereka berdua ya? aku lebih suka kalian temenan." kata Maya.
"Kamu ngomong apa sih? kamu pasti sembuh kok. Kamu gak boleh nyerah." Kataku.
"Nggak Den, penyakitku udah parah. Kata dokter hidupku udah gak lama lagi." aku menggenggam tangan Maya, seolah mentransfer kekuatan yang aku punya untuknya.
Berkali-kali Maya menghela nafas sambil terus mengucapkan kalimat tauhid. Genggaman tangannya mulai mengendur, matanya mulai menutup.
"May...Maya....." aku berteriak sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya. Maya sudah tidak bernafas, tubuhnya terbujur kaku. Aku hanya bisa menangisi kepergian Maya.
Semenjak kepergian Maya, hidupku menjadi berubah. Rio dan Gabriel tidak lagi menggangguku. Malah aku berteman baik dengan mereka.
Hari ini, tepat hari ke 100 kepergian Maya. Aku berkunjung ke makam Maya sambil meletakkan beberapa tangkai bunga mawar putih diatas makamnya.
"May, kamu tau ga? alesan mereka ganggu kita itu karena Gabriel suka sama kamu. Tapi tenang May, aku ga bilang sama Iyel kalo kamu juga suka sama dia." ucapanku terhenti karena ponselku berdering. Aku segera membuka pesan dari seseorang. Setelah membaca pesan yang ternyata dari Rio, aku pamit pada Maya. "May, pokoknya kamu itu sahabat aku paling baik deh..... aku pulang dulu ya. Aku udah janji sama Rio mau ketemuan. Besok, aku ke sini lagi May.... dahhhhh..." aku berdiri dan pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Maya.
· Karya : Dena Fadhillah Marwah
Menganalisis :
Tokoh : "Aku" atau Den
Watak : Emosian
Penokohan : Penggambaran melalui tata kebahasaan
Bukti : "Tapi May, kesabaran aku udah abis tau gak? udah berapa kali mereka ngerjain kita kaya gini?" kataku emosi.
Tokoh : Maya
Watak : Baik
Penokohan : Digambarkan melalui tingkah laku
Bukti : Saat aku ingin mengejar mereka, Maya menahanku.
Tokoh : Rio
Watak : Jail atau Suka Mengganggu
Penokohaan : Digambarkan oleh tokoh lain
Bukti : Dan satu minggu juga, aku tidak diganggu oleh Rio dan Gabriel, entahlah mungkin mereka sudah capek menggangguku.
Tokoh : Gabriel
Watak : Jail atau Suka Mengganggu
Penokohaan : Digambarkan oleh tokoh lain
Bukti : Dan satu minggu juga, aku tidak diganggu oleh Rio dan Gabriel, entahlah mungkin mereka sudah capek menggangguku.
Tokoh : Bu Euis
Watak : Bijaksana
Penokohaan : Penggambaran melalui tata kebahasaan tokoh
Bukti : "Ya sudah, mungkin suratnya menyusul."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar